Cari Blog Ini

Senin, 25 Juni 2012

Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW)


A. Pengertian
Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) adalah keluarnya cairan dari jalan lahir atau vagina sebelum proses persalinan.
Ketuban pecah prematur yaitu pecahnya membran khorio-amniotik sebelum onset persalinan atau  disebut juga Preterm  Premature Rupture Of Membrane = Prelabour Rupture Of Membrane = PROM. (Dr.Didi.SpOG, 2008)
Ketuban Pecah Prematur Pada Preterm yaitu pecahnya membran  Chorio-amniotik sebelum onset persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau disebut juga Preterm Premature Rupture Of Membrane = PPROM (Mochtar,1998)
B. Insiden
1.    PROM    : 6-9% kehamilan
2.    PPROM : 2% kehamilan (Dr.Didi,SpOG,2008)
C. Etiologi
1.         Penyebab  dari  KPD tidak atau masih belum diketahui secara jelas maka usaha tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi.
a.         Faktor yang berhubungan dengan meningkatkan insiden KPD antara lain :
·           Fisiologi selaput amnion/ketuban yang abnormal
·           Inkompetensi servik
·           Infeksi vagina/servik
·           Kehamilan ganda
·           Polihidramnion
·           Trauma
·           Distansia uteri
·           Stress maternal
·           Stres fetal
·           Infeksi
·           Servik yang pendek
·           Prosedur medis
D. Diagnosa
Secara klinik diagnosa ketuban pecah dini tidak sukar disebut anamnesa pada klien dengan keluarnya air seperti kencing dengan tanda - tanda yang khas sudah dapat menilai itu mengarah ke ketuban pecah dini.untuk menentukan betul tidaknya  ketuban pecah dini bisa dilakukan dengan cara :
a.         Adanya cairan yang berisi mekonium(kotoran janin), verniks kaseosa  (lemak putih) rambut lanugo atau (bulu-bulu halus) bila telah terinfeksi berbau.
b.        Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban  dari kanalis servikalis pada bagian yang sudah pecah, atau terdapat cairan ketuban pada forniks  posterior.
c.         USG : Volume cairan amnion berkurang/oligohidramnion
d.        Terdapat  infeksi genital ( sistemik )
e.         Gejala chorioamnionitis (Prawirohardjo,2008)
E. Tanda Dan Gejala
a.         Maternal : demam ( dan takikardi ), uterine tenderness, cairan amnion yang keruh dan berbau, leukositosis ( peningkatan sel darah putih ) meninggi, leukosit esterase ( LEA ) meningkat, kultur darah/urin.
b.        Fetal : Takikardi, kardiotokografi, profilbiofisik, volume cairan ketuban berkurang.
c.         Cairan amnion : Tes cairan amnion, diantaranya dengan kultur/gram stain, fetal fibronectin, glukosa, leukosit esterase (LEA) dan sitokin. Jika terjadi chorio amnionitis maka angka mortalitas neonatal 4 kali lebih besar,  angka respiratory distress,  neonatal sepsis dan perdarahan intraventrikuler 3 kali lebih besar.
a)    Dilakukan tes valsava, tes nitrazin dan tes fern
Normal pH cairan vagina 4,5-5,5 dan normal pH cairan amnion 7,0-7,5
b)   Dilakukan uji kertas  lakmus/nitrazine test
c)    Jadi biru ( basa ) : air ketubaan
d)   Jadi merah ( asam ) : air kencing (Dr.Didi,SpoG,2008)                                 
F.   Komplikasi
Adapun pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin adalah :
a.    Prognosis ibu
·      Infeksi intrapartel/dalam persalinan
Jika terjadi infeksi dan kontraksi ketuban pecah maka bisa menyebabkan sepsis yang selanjutnya dapat mengakibatkan meningkatnya  angka morbilitas dan morttalitas.
·      Infeksi puerperalis/masa nifas
·      Dry labour/partus lam
·      Perdarahan post partum
·      Meningkatkan tindakan operatif obstetri ( khususnya SC )
·      Morbilitas  dan mortalitas maternal
b.    b.Prognosis Janin 
1)   PrematuritasMasalah yang dapat terjadi pada persalinan prematur diantaranya adalah respiratory distress sindrome, neonatal feeding problem, retinopathy of premturity,intraventricular hemorhage, necrotizing enterocolitis,brain disorder ( and risk of cerebral palsy ), hyperbilirubinemia, anemia, sepsis.
2)   Prolaps funiculli/penurunan tali pusat
3)   Hipoksia dan Aspiksia sekunder (kekurangan oksigan pada bayi)
Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry labour/partus lama, apgar   score rendah, ensepalopaty, cerebralpalsy, perdarahan intrakranial, renal failure, respiratory distress.
4)   Sindrom deformitas janin
Terjadi akibat Oligohiramnion, diantaranya terjadi hipoplasia paru, deformitas  ekstremitas dan pertunbuhan janin terhambat   ( PJT ) atau IUJR.
5)   Morbiditas dan mortalitas (Rachimhadhi. T. 2005)

G.      Penatalaksanaan
a.    Penatalaksanaan  ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan dan tanda infeksi intrauterin
b.    Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua  pasien dengan KPD ke RS dan melahirkan bayi yang berumur >37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya ketuban untuk memperkecil resiko infeksi intrauterin
c.    Tindakan konservatif ( mempertahankan kehamilan ) diantaranya pemberian antibiotik dan cegah infeksi ( tidak dilakukan pemeriksaan dalam ), tokolisis, pematangan paru, amnioinfusi, epitelisasi ( vit C dan trace element, masih kontroversi ), fetal  and maternal monitoring. Tindakan aktif ( terminasi/mengakiri kehamiln ) yaitu atau dengan sectio caesarea (SC) atau pun partus  pervaginan.
d.   Dalam penetapan langkah penatalaksanaan tindakan yang dilakukan apakah langkah konservatif ataukah aktif, sebaiknya perlu mempertimbangkan usia kehamilan, kondisi ibu dan janin, fasilitas perawatan intensif, kondisi, waktu dan tempat perawatan, fasilitas/kemampuan monitoring,kondisi atau status/imunologi ibu dan kemampuan finansial kelurga.
e.    Untuk usia kehamilan <37 minggu di lakukan penanganan konservatif dengan mempertahankan  kehamilan sampai usia kehamilan matur.
f.     Untuk usia 37 minggu atau lebih dilakukan  terminasi dan pemberian profilaksi streptokoklus grup B. Untuk kehamilan  34-36 minggu lakukan penatalaksanaan sama halnya dengan aterm.
g.    Untuk usia kehamilan 32-33 minggu lengkap lakukan tindakan konservatif/expectant management kecuali jika paru-paru sudah matur ( maka perlu dilakukan tes pematangn paru ), profilaksis strepkokus group B, pemberian kortikosteroid (belum ada konsensus namun direkomendasikan oleh para ahli ), pemberian antibiotik selama fase laten.
h.    Untuk previable preterem ( usia kehamilan 24-31 minggu lengkap ) lakukan tindakan konservatif, pemberian profilaksis streptokokkus grup B,single-course kortikosteroid,tokolisis(belum ada konsensus) dan pemberian antibiotik selama fase laten(jika ada kontraindikasi).
i.      Untuk non viabel preterem ( usia kehamilan <24 minggu ), lakukan konseling pasien dan keluarga, lakukan tindakan koservatif atau induksi persalinan,tidak direkomendasikan profilaksis streptokokkus grup B dan kortikosteroid, pemberian antibiotik tidak dianjurkan karena belum ada data untuk pemberian yang lama.
j.      Rekomendasi klinik untuk PROM, yaitu pemberian antibiotik karena periode fase laten yang panjang, kortikosteroid harus diberikan antara 24-32 minggu ( untuk mencegah terjadinya resiko perdarahan intraventikuler, respiratory distress syndrome dan necrotizing examinations ), tidak boleh dilakukan digital cervical examinasions jadi pilihannya adalah dengan spekulum, tokolisis untuk jangka waktu yang lama tidak diindikasikan sedangkan untuk hjangka pendek dapat dipertimbangkan untuk memungkinkan pemberian kortikosteroid, antibiotik dan transportasi maternal, pemberian kortikosteroid setelah 34 minggu dan pemberian multiple course tidak direkomendasikan.
k.    Pematangan paru dilakukandengan pemberian kortikosteroid yaitu dexametason 2x6 minggu atau betametason 1x12 mg (2 hari)
l.      Agentokolisis yaitu B2 agonis ( terbutalin, ritodrine ), calsium antagonis ( nifedipine )prostaglandin sintase inhibitor(indometasin), magnesium sulfat, oksitosin antagonis ( atosiban )
m.  Tindakan epitelisasi masih kotroversial, walaupun vitamin C dan trace element terbukti terhubung dengan terjadinya ketuban pecah terutama  dalam metabolisme kolagen untuk maintenance integritas membran korio-amniotik, namun tidak terbukti menimbulkan epitelisasi lagi setelah terjadi PROM.
n.    Tindakan terminasi dilakukan jika terdapat tanda-tanda chorioamnionitis, terdapat tanda-tanda kompresi tali pusat/janin (fetal distress ) dan pertimbangan antara usia kehamilan, lamanya ketuban pecah dan resiko menunda persalinan. (Maria,2007) 

KESIMPULAN
·      Ketuban pecah dini adalah ketuban pecah spontan sebelum dimulainya proses persalinan disertai keluar air-air dari jalan lahir dapat terjadi pada kehamilan preterm maupun aterm 
·      Penyebab ketuban pecah dini dipengaruhi oleh berbagai factor antara lain: infeksi pada ibu, factor janin, dan faktor selaput ketuban itu sendiri.
·      Pengaruh ketuban pecah dini dapat terjadi pada ibu dan janin sehingga meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
·      Diagnosa dapat ditegakkan bila pasien mengalami keluarnya cairan seperti air kencing, pemeriksaan inspekulo adanya air ketuban dari kanalis cervisis dan uji kertas lakmus menjadi biru.
·      Ketuban pecah dini harus ditangani secara tepat untuk mencegah terjadinya infeksi intra uterin dan asfiksia neonatorum. Menuju ke rumah sakit adalah tindakan yang tepat bila bidan menghadapi pasien dengan ketuban pecah dini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar